Aku adalah seorang penulis yang gak terkenal. Menulis udah jadi hobby sejak aku berumur 7 tahun. Dulu Kakakku, Tommy sering mengajakku ke tempat kerjanya di sebuah penerbitan karya tulis di daerah Bandung, hampir setiap hari aku dibawa kesana karena kak Tomi khawatir kalau aku ditinggal sendirian di rumah, wong Mamaku harus menjaga butiknya dan Papa dines di luar kota. Tapi si Tommy kakakku itu menyebalkan, masa adiknya didiemin aja di tempat parkir sementara dia masuk projects area, teganian ditinggalin gitu aja. Tapi itu awal dari hobbyku, saat kakak ninggalin aku di parkiran dan sibuk bareng teman-teman kerjanya, aku suka menyelinap ke tempat penampungan buku-buku novel yang akan diterbitkan *wiih penampungan, kaya korban bencana aja*. Aku sobek tuh plastiknya, terus aku baca walaupun level membacaku masih a-i-u-e-o. Kadang-kadang sih aku suka sobek tuh lembaran novel yang isinya bikin aku ngakak buat dibawa di rumah. Sampai-sampai sering ada customer yang complain tentang buku beliannya yang cacat. Nah, biar si kakak gak curiga, sekitar jam 3 sore aku balik lagi ke tempat parkir buat tunggu kakak keluar dari projects area tempat kerjanya *pinter kan aku ???*.
Dari situ aku suka iseng-iseng bikin cerita pendek, namun lama-lama jadi panjang, dengan sedikit nyontek dari kertas colonganku.
Oiya, kenalkan namaku Lenna. Sekarang umurku sudah menginjak 18 tahun dan aku bersekolah di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Bandung. Tentunya dengan umur yang makin tua ini *hehe* hobby menulisku semakin mendarah daging. Aku juga menjadi salah satu member penulis nonfiksi di kotaku. Sekarang Mama sudah tidak sibuk dengan butiknya lagi karena 2 tahun yang lalu butik Mamaku gulung tikar karena ditipu sahabatnya sendiri *memang tragis, sungguh terlalu* dan sekarang Mama memilih untuk diam di rumah. Mama terkadang memarahiku karena aku terlalu asyik menulis cerita-cerita nonfiksiku sampai lupa belajar dan lupa sholat. Sampai Mama pernah berkata “Kalau ada apa-apa tentang prestasi kamu jangan salahin Mama, kamu gak bisa ngatur waktu, Na!”. Pernah nih waktu itu aku saking rame banget tuh nulis cerita, yang mana aku ambil inspirasinya dari temenku yang baru jadi korban kopi darat, sampe-sampe gak mandi seharian. *waduuuw parah banget ya…*. Tapi namanya juga hobby. Sehari gak buka Laptop aja, hari terasa hampa banget lah! Sampai sekarang karya tulisku sudah lebih dari 21 judul cerpen dan 15 judul novel *tidak banyak memang*. Satu diantaranya pernah menjadi juara ajang lomba fiksi tingkat Keluarga *hihi, boong deh*. Belum pernah karya-karyaku mendapat gelar juara, tapi media cetak sudah banyak yang memuat karya-karyaku itu, terutama cerpen dan cerbung--alias cerita bersambung yang dikutip dari novel karyaku *gak jelek-jelek amat kan karya tulisku*.
Suatu hari, aku dan teman-teman kelas XII mendapat tugas PKL (Praktik Kerja Lapangan). Disamping memang sudah menjadi program dalam sekolah kejuruan, kita juga dituntut untuk punya pengalaman kerja yang bisa didapat dari PKL ini. Awalnya aku gak tau singkatan PKL itu apa, ya kiraku Pedagang Kaki Lima. Lantas aku bingung jurusan Technology Computer kok malah disuruh jadi PKL? Nyatanya bukan PKL itu yang dimaksud. Kebetulan aku mengambil jurusan Technology Computer dan mendapat tawaran tugas PKL di sebuah Computer Manifacture di Ibu Kota. Dengan iming-iming bayaran PKL gede, siapa yang gak mau? Dan syukurnya Mama ngijinin aku tugas di Jakarta *gak ada angin, gak ada hujan, tumben-tumbenan nih Mama ngijinin aku pergi ke luar kota*.
Tapi…survey membuktikan hampir 80% temen-temen aku enggak bisa ikut karena orangtuanya khawatir. Tapi untung saja ada 1 siswa cewek yang ikut nemenin aku, Firra namanya. Orangnya gak kalah cantik sama aku, friendly tentunya, tapi agak sedikit jutek. Tak apalah yang penting ada teman buat nemenin PKL nanti.
***
Aku masih ingat hari itu, hari Jumat. Hari disaat semua karyawan yang kerja di luar kota pulang ke kotanya masing-masing. Dan hari itu pula aku, Firra dan teman lainnya akan bertugas PKL ke Jakarta.
“Yang ada pasti kita kejebak maceeeet! Hari ini kan hari Jumat, kamu gak tau ya? Pasti banyak yang pulang kampung, yang pada ke Bandung lah, mau liburan ke Jakarta lah ” kesal Firra.
Yah si Firra kayak yang aku gak tau aja. Gak asyiknya kayak gini nih, dia tuh ngerasa kalo dia tuh paling tahu *huuuu*.
Pas hari H dan jam J kita sampai di sebuah hotel di daerah Jakarta Pusat. Alhamdulillahnya, jalanan gak macet amat. Aku dapet kamar nomer 121 bareng si Firra itu.
Hari pertama PKL, nothing special, maklum masih perkenalan sih. Tapi di Manufacture ini bosnya baik banget sama aku *hihihi*. Hari kedua, hari ketiga, hari keempat. Nah di hari kelima, seperti biasa, bangun pagi, sarapan, dan melakukan aktivitas pagi lainnya. Pagi itu aku sedang bersiap-siap mandi dan sedang browsing---online Facebook dan email Yahoo-ku.
“Non, pinjem yah Laptopnya…”` pinta Firra.
“Ah, Fir…...”
“Pelit amat sih cuman minjem doang kok, chat dari pacarmu gak akan dibales kok.nyantei aja” Firra ngotot banget.
“Heuh, sapa juga yang punya cowok. Huu, okedeh, tapi jangan macem-macem ya! Tar gua laporin ke pihak yang berwajib noh!” balasku sambil mendobrakkan pintu kamar mandi.
Saat aku selesai mandi, Firra sudah ngacir dari hadapan my beloved Laptop. Nah loh, rupanya dia sedang bernarsis-narsis ria di halaman kamar hotel. Aaaaah, peduli amat lah sama tu anak. Saat aku menyentuh Laptopku, loh kok tampilan inbox di email ya? Pesannya dari admin club nonfiksiku.
Teruntuk Sdri. Lenna.
Dimohon untuk menyerahkan karangan nonfiksi sehari sebelum deadline yaitu Hari Rabu, dikarenakan akan ada supervisor dari pusat datang pada hari tersebut. Maaf. Terimakasih.
Waduh, karangan nonfiksi? Hari Rabu? Hari ini dong? Aku tak percaya mail itu. Lantas aku tanyakan pada Firra siapa tahu dia sign in dan itu inbox miliknya. Tetapi saat ditanya dia malah marah-marah.
“Aku kan ga boleh ngapa-ngapain di Laptopmu. Ya jelas mail itu di akun kamu lah, gimana sih!”
Hari itu aku bingung teramat sangat. Lebih lagi ada peraturan yang very tight banget lah di club itu yang mengharuskan semua member tidak boleh dan tidak boleh sekalipun melanggar suruhan atasannya. Kalau tidak, apa boleh kata? Dimarahi atasan, bayaran dipotong, diberi SP I dan blablablablablablabla---. Tambah lagi aku pernah dapet SP II, masa mau dapet SP lagi? Huh, yang ada dipecat nih. Sedangkan kalau aku sekarang harus menulis karya nonfiksi untuk itu, berarti PKL-ku terabaikan. Hari ini kan ada tugas pengamatan untuk dibuat skripsi, kalau tidak ikut, dianggap tidak mengikuti PKL. Aduh, Ya Allah aku bingung banget. Sampai aku bertanya pada Firra, lagi-lagi dia acuh tak acuh padaku. Menyebalkan.
Sampai akhirnya aku memutuskan untuk melaksanakan tugas mulia itu. Ya, menulis nonfiksi ketimbang lanjutkan PKL. Cinta mati dah sama nulis, PKL pun diabaikan.
“Ra, Firra, bilangin deh kalau si Bos nanya Lenna-nya pulang, keluarga di Bandung ada yang sakit keras” aku menitipkan pesan pada Firra.
“Mau loh?”
“Eng..eng..engga Fir. Tapi…. Please lah, kamu kan temanku yang paling cantik. Ya? Ya?”Aku memohon-mohon pada Firra.
Firra hanya mengangguk.
“Thanks Firra cantik….”
Kalau bukan karena nonfiksi sih ogah banget bilang gini *hahaha*
Lalu Firra pergi ke lapangan tanpa aku. Di hotel, aku menulis karangan nonfiksiku yang akan dikirimkan ke Bandung hari ini. Hmmmp, blank nih, sedang tak ada inspirasi, jadi saja aku menulis fiksi dengan rangkaian cerita tentang keadaanku sekarang yang mana fiksi itu kuberi judul “Dikejar Deadline”.
TAMAT